BALAGHAH | ILMU BAYAN BAB 1 | TASHBIH (PENYERUPAAN)

TASYBIH

Tasybih Adalah : Menyerupakan suatu perkara dengan perkara yang lain dalam satu sifat dengan menggunakan alat penyerupaan, karena adanya suatu tujuan.

Yang di serupakan) disebut Musyabbah , sedangkan yang diserupai disebut Musyabbah bih , sedangkan Sisi Persamaan / letak keserupaan diberi nama wajhussyabah , dan Alat yang dipakai untuk menyerupakan diberi nama adad tasybih yaitu seperti huruf Kaf dan lain-lain.

Contoh :
ﺍﻟﻌِﻠﻢُ ﻛَﺎﻟﻨﻮﺭِ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻬِﺪَﺍﻳَﺔِ =

“Ilmu itu seperti Cahaya dalam memberi petunjuk” 

Lafadh ﺍﻟﻌﻠﻢُ = Musyabbah ﺍﻟﻨﻮﺭِ = Musyabbah Bih,  ﻓِﻲْ ﺍﻟﻬِﺪَﺍﻳَﺔِ = Wajah Syabah ﻛﺎﻑ  = Adat Tasybih

Dalam Tasybih (Penyerupaan) itu berhubungan dengan tiga pembahasan yaitu :

1. Rukun tasybih.
2. Pembagian tasybih.
3. Tujuan dari Tasybih.

A. RUKUN TASYBIH

Rukun Tasybih ada 4 yaitu :

1. Musyabbah (Lafadz yang diserupakan dengan perkara lain)
2. Musyabbah bih (Lafadz yang digunakan untuk menyerupakan)
keduanya disebut dua sisi tasybih,
3. Wajah syabah (Sisi Persamaan).
4. Adat Tasybih .

Keterangan :

Wajah Syabah adalah : Sifat tertentu yang digunakan untuk menyamakan antara Musyabbah dan Musyabbah bih. Seperti Hidayah (Memberi petunjuk) merupakan sifat yang terdapat dalam ilmu dan cahaya.

Adat Tasybih adalah : Lafadz yang menunjukkan arti penyerupaan seperti lafadz ﻛَﺎﻑ (Seperti ), ﻛﺄﻥّ (Seolah-olah ), dan lafadz lain yang searti dengan keduanya.

Lafadz ﻛﺎﻑ terletak menyandingi Musyabbah bih, berbeda dengan ﻛﺄﻥّ , yang menyandingi musyabbah. Seperti Ucapan Penyair :

ﻛَﺄَﻥَّ ﺍﻟﺜﺮَﺍﻳَﺎ ﺭَﺍﺣَﺔٌ ﺗَﺸْﺒُﺮُ ﺍﻟﺪُّﺟَﺎ ﻟِﺘَﻨْﻈُﺮَ ﻃَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞُ ﺃَﻡْ ﻗَﺪْ ﺗَﻌَﺮَّﺿَﺎ

Seolah-olah bintang Tsuroya (Kumpulan bintang pada buruj Tsur) itu Angin malam yang mengira-ngirakan gelapnya malam, supaya engkau melihat apakah malam itu masih lama atau sudah tampak.

Lafadz ﻛﺄﻥّ itu berfaidah Tasybih, jika khobarnya berupa Isim Jamid , Contoh :  ﻛَﺄﻥّ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ﺃَﺳَﺪٌ = Kholid itu seperti Harimau.
dan Berfaidah Syak (ragu-ragu) jika khobarnya berupa Lafadz Musytaq . contoh :   ﻛَﺄﻧﻚَ ﻓَﺎﻫِﻢٌ = Seolah-olah kamu itu faham.

Dan terkadang disebutkan Fi’il yang mempunyai arti Tasybih, seperti Firman Allah pada surat Ad-Dahr : 19

ﻭَﺇﺫَﺍ ﺭَﺃﻳْﺘَﻬُﻢْ ﺣَﺴِﺒْﺘَﻬُﻢْ ﻟُﺆْﻟُﺆًﺍ ﻣَﻨْﺜُﻮْﺭًﺍ

dan Ketika kamu melihat mereka (Bidadari di syurga), maka engkau akan mengira mereka Mutiara yang tersebar.

Ketika Adat Tasybih dan Wajah Syabah itu dibuang, maka disebut : Tasybih Baligh , Contoh pada Firman Allah surat An-Naba’ : 10

ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﺍﻟﻠّﻴْﻞَ ﻟِﺒَﺎﺳًﺎ ﺃﻱ ﻛﺎﻟﻠﺒﺎﺱ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﺘﺮ

“Dan Kami (Allah) telah menjadikan malam sebagai selimut (Seperti selimut dalam menutupi)”

B. PEMBAGIAN TASYBIH

Dengan memandang pengambilan Wajah Syabah , maka Tasybih terbagi menjadi dua macam yaitu : Tasybih Tamtsil dan Ghoiru Tamtsil.

■ Tasybih Tamtsil

Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya diambil dari lafadz yang banyak.
Seperti : menyerupakan Bintang Tsuroya (kumpulan beberapa bintang pada Buruj Tsur ) dengan Sedompol buah Anggur yang berbunga, dengan wajah syabahnya : sama dalam keadaannya yang tampak ketika berkumpulnya benda putih yang bundar, yang kecil ukurannya ).

■ Tasybih Ghoiru Tamtsil

Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya tidak diambil dari lafadz yang banyak.
Seperti : menyerupakan Sebuah bintang dengan Uang dirham ( dengan wajah syabahnya : sama dalam bentuk bundarnya )

Dengan memandang wujud dan tidaknya Wajah Syabah, tasybih terbagi menjadi dua yaitu : Tasybih Mufassol dan Mujmal .

■ Tasybih Mufashol

Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya disebutkan.
Seperti Ucapan Penyair :

ﻭَﺛَﻐْﺮُﻩُ ﻓِﻲْ ﺻَﻔَﺎﺀٍ ﻭَﺃَﺩْﻣُﻌِﻲْ ﻛَﺎﻟﻸﻟِﻲْ

” Gigi serinya dan Air mataku bagaikan Mutiara dalam hal sama jernihnya”
Kata “Gigi seri ” dan “Air mata ” diserupakan dengan “Mutiara ” dengan sisi persamaan : “Sama-sama jernihnya ”
■ Tasybih Mujmal

Adalah : Tasybih yang wajah syabahnya tidak disebutkan.
Seperti :
ﺍﻟﻨﺤﻮُ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻜَﻼَﻡِ ﻛَﺎﻟﻤِﻠْﺢِ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ

“Ilmu Nahwu pada Kalam itu seperti Garam pada makanan”

Kata ” Ilmu Nahwu pada Kalam ” diserupakan dengan kata “garam ” dengan sisi persamaan : “Sama-sama merupakan perkara yang pokok untuk menjadikan kesempurnaan “.

Dengan memandang Adat Tasybih, maka Tasybih terbagi menjadi dua yaitu Mua’kkad dan Mursal.

■ Tasybih Mu’akkad

Adalah : Tasybih yang Adat tasybihnya dibuang. Seperti :   ﻫُﻮَ ﺑَﺤْﺮٌ ﻓِﻲْ ﺍﻟﺠﻮﺩِ = Dia itu Lautan dalam kedermawanannya.

■ Tasybih Mursal

Adalah : Tasybih yang Adat tasybihnya disebutkan. Seperti :
ﻫُﻮَ ﻛَﺎﻟﺒَﺤْﺮِ ﻛَﺮَﻣًﺎ =

Dia itu bagai Lautan dalam kedermawanannya.

Termasuk Tasybih Mu’akkad adalah Tasybih yang Musyabbah bihnya disandarkan (Didhofahkan) pada Musyabbah. Contoh :

ﻭَﺍﻟﺮِّﻳْﺢُ ﺗَﺒْﻌَﺚُ ﺑِﺎﻟﻐُﺼُﻮْﻥِ ﻭَﻗَﺪْ ﺟَﺮَﻯ ﺫَﻫَﺐُ ﺍﻷَﺻِﻴْﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﻟُﺠَﻴْﻦِ ﺍﻟﻤَﺎﺀِ

Angin itu menggerakkan cabang pepohonan, dan tampak
emasnya waktu sore pada peraknya air. ﺫَﻫَﺐُ ﺍﻷَﺻِﻴْﻞُ = Waktu sore yang diserupakan dengan emas, dengan wajah syabah : sama warna kuningnya.   ﻟُﺠَﻴْﻦِ ﺍﻟﻤَﺎﺀِ ِ = Air yang diserupakan dengan perak dengan wajah syabah : sama dalam jernihnya.

C. TUJUAN TASYBIH

Tujuan dari Tasybih itu adakalanya :

1. Menjelaskan kemungkinan wujudnya Musyabbah. Seperti Ucapan Abu Thoyyib Al-Mutanabby :

ﻓﺈﻥْ ﺗَﻔُﻖِ ﺍﻷﻧَﺎﻡَ ﻭَﺃﻧْﺖَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ     ﻓَﺈﻥّ ﺍﻟﻤِﺴْﻚَ ﺑَﻌْﺾُ ﺩَﻡِ ﺍﻟﻐَﺰَﺍﻝِ

Ketika kamu mengungguli kemuyaan semua Makhluk, padahal kamu dari sebagian mereka maka Minyak misik itu sebagian dari darah Kijang.

Ketika Penyair mengklaim bahwa Orang yang dipuji itu berbeda dari asalnya sebab adanya beberapa keistimewaan yang menjadikannya sebagai hakikat yang berbeda, lalu penyair membuat Argumen/hujjah dengan menyerupakannya dengan Minyak misik yang asalnya darah kijang untuk menolak adanya pengingkaran atas wujudnya musyabbah tersebut karena merupakan hal yang langka.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama keluar dari jenis asalnya.

2. Menjelaskan keadaan Musyabbah. Contoh :

ﻛَﺄﻧﻚ ﺷَﻤْﺲٌ ﻭَﺍﻟﻤُﻠُﻮْﻙُ ﻛَﻮَﺍﻛِﺐُ    ﺇﺫَﺍ ﻃَﻠَﻌَﺖْ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﺪُ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﻛَﻮْﻛَﺐُ

Seolah-olah Engkau adalah Matahari, Dan Para Raja adalah bintangnya, Ketika Matahari telah muncul, maka satu bintangpun tiada terlihat.

Penyair menyerupakan Mukhotob seperti Matahari, karena menjelaskan keadaan mukhotob yang terlihat.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama keadaanya terlihat.
Dan menyerupakan Para raja seperti bintang karena menjelaskan keadaanya yang tidak terlihat saat berada disisi Mukhotob.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama keadannya tidak terlihat ketika berada disisinya.

3. Menjelaskan Jumlah keadaan Musyabbah. Contoh :

ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺍﺛْﻨَﺘَﺎﻥِ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌُﻮْﻥَ ﺣَﻠُﻮْﺑَﺔ ً     ﺳُﻮْﺩًﺍ ﻛَﺨَﺎﻓِﻴَﺔِ ﺍﻟﻐُﺮَﺍﺏِ ﺍﻷﺳْﺤَﻢِ

Dalam Rombongan itu ada 42 ekor unta perah yang hitam, Ia bagaikan Bulu sayap burung gagak yang hitam.
Penyair menyerupakan 42 unta yang hitam seperti Bulu sayap Burung gagak karena menjelaskan kadar warna hitamnya, ketika pendengar hanya mengetahui kadar keadaan musyabbah bih (sayap burung gagak)
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama terdapat warna hitam.

4. Menetapkan Keadaan Musyabbah. Contoh :

ﺇﻥ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏَ ﺇﺫَﺍ ﺗَﻨَﺎﻓَﺮَ ﻭُﺩُّﻫَﺎ    ﻣِﺜﻞُ ﺍﻟﺰُّﺟَﺎﺟَﺔِ ﻛَﺴْﺮُﻫَﺎ ﻻ َﻳُﺠْﺒَﺮُ

Sesungguhnya Hati itu jika telah hilang rasa cintanya, Maka bagai kaca yang saat pecah tiada bisa disambung lagi.
Penyair menyerupakan Hilangnya cinta di hati seperti pecahnya kaca dengan tujuan mengukuhkan sebab sulitnya rasa cinta itu kembali seperti semula.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama sulit kembali pada keadaan semula.

5. Menghiasi Musyabbah. Contoh :

ﺳَﻮﺩَﺍﺀُ ﻭﺍﺿِﺤَﺔُ ﺍﻟﺠَﺒِﻴْـ     ـﻦِ ﻛَﻤُﻘْﻠَﺔِ ﺍﻟﻈَّﺒْﻲِ ﺍﻟﻐَﺮِﻳْﺮِ

Wanita yang hitam yang terlihat dahinya, bagai biji mata biawak yang indah.
Penyair menyerupakan Hitamnya wanita seperti biji mata biawak dengan tujuan memujinya, sebab warna biji mata merupakan keindahan.
Wajah syabahnya adalah : Sama-sama memiliki keindahan.

6. Menghina Musyabbah. Contoh :

ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺷَﺎﺭَ ﻣُﺤَﺪِّﺛﺎ ﻓَﻜَﺄﻧﻪُ     ﻗِﺮْﺩٌ ﻳُﻘَﻬْﻘِﻪُ ﺃَﻭْ ﻋَﺠُﻮْﺯٌ ﺗَﻠْﻄِﻢُ

Ketika Ia berisyarat sambil berbicara, maka ia seperti Kera yang
tertawa terbahak-bahak atau Nenek-nenek yang menampar pipinya.
Wajah Syabahnya adalah : Sama-sama memiliki perbuatan jelek.
Dan terkadang tujuan itu kembali pada Musyabbah bih jika antara musyabbah dan Musyabbah bih di balik, contoh :

ﻭَﺑَﺪَﺍ ﺍﻟﺼَّﺒَﺎﺡُ ﻛَﺄﻥّ ﻏُﺮَّﺗَﻪُ     ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﺨَﻠِﻴْﻔَﺔِ ﺣِﻴْﻦَ ﻳُﻤْﺘَﺪَﺡُ

Dan telah tampak waktu pagi, Seolah-olah Cahayanya bagaikan wajah Kholifah (Al-Makmun bin Harun Ar-Rosyid) saat Ia dipuji.
Wajah Syabahnya adalah : Sama-sama terangnya.
Asalnya dari Lafadz ﻏُﺮَّﺗَﻪُ sebagai Musyabbah bih dan lafadz ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﺨَﻠِﻴْﻔَﺔِ sebagai Musyabbah , karena secara asal Cahaya Waktu pagi itu lebih terang dari padawajah Kholifah, lalu dibalik seolah-olah wajah kholifah lebih terang dari pada cahaya waktu pagi.
Tasybih semacam ini disebut : Tasybih Maqlub.

DAFTAR PUSTAKA

• Al-Hâsyimiy, Ah mad, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma‘aniy wa al-Bayan wa al-Badi‘ , Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1960
• Akhdhari. (1993). Ilmu Balâghah (Tarjamah Jauhar Maknun). Bandung : PT. Al-Ma’arif.
• Al-Akhdory Imam . (1993), Ilmu Balâghah . Bandung : Al-maarif
• Ali Al-Jarimi & Usman Musthafa (1994). Al Balaghatul Wadhihah . Bandung : Sinar Baru Algensindo
• Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, (2006). Pengantar Ilmu Bayan. Bandung: Zain al-Bayan
• Muhsin Wahab A, KH & Wahab Fuad T, Drs (1982 ), Pokok-pokok Ilmu Balâghah , Bandung : Angkasa
• Alim, Ghufran Zainul, , ﺟﻮﺍﻫﺮ ﺍﻟﺒﻼﻏﺔ Bandung: Sinar baru Al-gesindo, 2010.
• Amin, Bakri Syaikh , al-Balaghah al-‘Arabiyah fi Tsaubiha al-Jadid al-Bayan ,
juz.II, Beirut: Dar ‘Ilm li al-Malayîn, 1995.
• Idris, H. Mardjoko, Ilmu Balaghah antara Al-bayan dan Al-Badi’ , Yogyakarta: Teras, 2007.

Tinggalkan komentar