RAMADHAN (17) | TADARUS DAN KEUTAMAANNYA | ADAB TADARUS

PENGERTIAN TADARUS

Kata  ﺗَﺪَﺍﺭُﺱ  berasal dari kata  ﺩَﺭَﺱَ   (darasa) yang artinya adalah
belajar . Kemudian mengikuti wazan ﺗَﻔَﺎﻋَﻞَ tafaa’ala, sehingga mauzunnya menjadi ﺗَﺪَﺍﺭَﺱَ tadaarasa .

Fi’il yang mengikuti wazan ini salah satunya mempunyai arti ﻟِﻠْﻤُﺸَﺎﺭِﻛَﺔِ fa’il (subjek) dan maf’ulnya (objek) bersamaan dalam melakukan perbuatan , sehingga artinya menjadi saling mempelajari. Kemudian ditashrif :
ﺗَﺪَﺍﺭَﺱَ – ﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺱُ – ﺗَﺪَﺍﺭُﺳﺎً

Sehingga mendapatkan kata ﺗَﺪَﺍﺭُﺳﺎً tadaarusan , yang berkedudukan sebagai mashdar . Sehingga artinya adalah pembelajaran secara bersama-sama.

ٍSeperti yang terdapat pada kalimat :

ﻭَ ﻳﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮْﻧَﻪُ ﺑَﻴﻨَﻬُﻢ

“Dan mereka saling mempelajari nya di antara mereka,”

Kata  ﻳﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮْﻥَ  yatadaarasuuna , terdiri dari kata  ﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺱُ yatadaarasu dan dhomir muttashil ﻫُﻢْ hum (mereka). Sehingga artinya menjadi mereka saling mempelajari.

KEUTAMAAN TADARUS

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ” ﻭﻣﺎ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﻗﻮﻡ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ ﻣﻦ ﺑﻴﻮﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺘﻠﻮﻥ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﺘﺪﺍﺭﺳﻮﻧﻪ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺇﻻ ﻧﺰﻟﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻜﻴﻨﺔ ﻭﻏﺸﻴﺘﻬﻢ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺣﻔﺘﻬﻢ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﺫﻛﺮﻫﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻤﻦ ﻋﻨﺪﻩ .“

Dari Abu Hurairah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ , dia berkata, ‘Rasulullah bersabda :
“Dan tidaklah satu kaum berkumpul dalam satu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca Kitabulloh dan saling mempelajarinya diantara bereka, kecuali ketenangan akan turun kepada mereka, kasih sayang akan menyelimuti mereka, malaikat akan menaungi mereka, dan Alloh akan menyebutkan mereka di tengah makhluq yang ada di sisi-Nya”. ( HR. Muslim no.7028, Ibnu Majah no.225, Ahmad no.7421)

Yang dimaksud rumah Allah Ta’ala adalah masjid sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an :

‏( ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺕٍ ﺃَﺫِﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻥ ﺗُﺮْﻓَﻊَ ﻭَﻳُﺬْﻛَﺮَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺳْﻤُﻪُ ﻳُﺴَﺒِّﺢُ ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻟْﺂﺻَﺎﻝِ ‏) ‏( ﺍﻟﻨﻮﺭ : 36 ‏)

Artinya :

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. (An-Nuur:36)

Keutamaan tadarrus Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan oleh Rosululloh ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ  dalam hadits di atas adalah :

1. Ketenangan akan turun kepada mereka

2. Kasih sayang akan menyelimuti mereka

3. Malaikat akan menaungi mereka

4. Allah akan menyebutkan mereka di tengah makhluq yang ada di sisi-Nya.

Dikutip dari salah satu fashal dari kitab At-Tibyan fiy Adab Hamalatil Qur’an karya seorang ulama pembesar Syafi’iyah yang bernama Imam An-Nawawi rahimahullah. 

ﻓﻲ ﺍﻻﺩﺍﺭﺓ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻳﻘﺮﺃ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﺸﺮﺍ ﺃﻭ ﺟﺰﺀﺍ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺴﻜﺖ ﻭﻳﻘﺮﺃ ﺍﻵﺧﺮ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺍﻷﻭﻝ ﺛﻢ ﻳﻘﺮﺃ ﺍﻵﺧﺮ ﻭﻫﺬﺍ ﺟﺎﺋﺰ ﺣﺴﻦ ﻭﻗﺪ ﺳﺌﻞ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ

Tentang Membaca Al-Qur’an Bergantian (Iradah) : yakni berkumpul sekelompok orang, sebagian mereka membaca 10 juz, atau 1 juz, atau yang lainnya, kemudian yang membaca diam (berhenti), dan yang lain membaca (melanjutkan) pada tempat (ayat) berhentinya yang pertama, kemudian yang lain baca dimana berhentinya, dan ini boleh serta bagus. Imam Malik pernah ditanya tentang acara-cara seperti ini, ia menjawab, tidak apa-apa.”

Penjelasan :

Salah satu manfaatnya dari hal ini adalah bisa saling mentashhih dan mendengar sebagaimana banyak terjadi di masjid dan musholla umat Islam, khususnya yang disemarakkan di bulan Ramadhan. Akan tetapi jangan sampai seperti yang kadang terjadi pada sebagian orang yaitu yang satu baca yang lainnya makan atau tidur, itu faidahnya kurang banyak, bagusnya adalah yang satu membaca dan yang lainnya menyimak dan memperhatikannya kemudian bergantian sebagaimana kita ketahui dengan istilah Tadarus.

ADAB TADARUS

Bagi yang tadarus Alquran perlu memperhatikan beberapa adab penting sebagai berikut :

1. Bersuci dari hadas dan najis. Allah berfirman “Tidak ada yang menyentuhnya (Alquran) kecuali orang-orang yang suci” (Q.S. al-Waqiah : 79)

2. Membersihkan mulut dengan menggosok gigi , sebagaimana disabdakan Rasulullah saw,

“Besihkanlah jalan Alquran. Ditanyakan, ‘Apa jalan Alquran itu, wahai Rasulullah?’ Beliau Menjawab, ‘Mulut-mulut kalian’. Mereka bertanya lagi, ‘Dengan apa?’ Beliau menjawab, ‘Dengan menggosok gigimu”.

3. Membaca ta’awwudz, sebagaimana difirmankan Allah, “Apabila engkau membaca Alquran, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk” (Q.S. an-Nahl : 98)

4. Membaca dengan tartil, sebagaimana firman Allah, “..dan bacalah Alquran dengan tartil” (Q.S. al-Muzammil: 4). Tartil adalah membaca Alquran dengan perlahan-lahan, jelas, dan tidak memotong-motongnya ayat secara sembarangan.

5. Membaca dengan suara indah. Nabi sawbersabda, “Setiapsesuatu ada hiasannya, dan hiasan Alquran adalah suara yang indah”
( Kanz al-Ummal, no. 2768)

6. Tadabbur, yaitu merenungi makna-makna ayatnya dan mengambil pelajaran darinya. Allah berfirman, “Kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, agar mereka mentadabburi (merenungi) ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengambil pelajaran darinya” (Q.S. Shad: 29). “Apakah mereka tidak memikirkan Alquran itu, atau hati mereka tertutup” (Q.S. Muhammad: 24). Imam Ali ra berkata, “ Bukanlah kebaikan membaca Alquran tanpa perenungan…” ( Bihar al-Anwar juz 92, hal. 211, no. 4)

7. Mengimani seluruh isinya. Allah berfirman,
“Ali lam mim, inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. al-Baqarah : 1-2). “Apakah kamu percaya dengan sebagian al-Kitab (Alquran) dan ingkar dengan sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian, kecuali kehinaan pada kehidupan dunia dan pada hari kiamat, mereka akan dilemparkan ke dalam azab yang pedih. Dan Allah tidak pernah lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah : 85)

8. Khusyuk. Rasulullah saw ditanya tentang orang yang paling indah membaca Alquran, maka beliau menjawab, “Orang yang jika engkau dengar suaranya, engkau akan melihatnya sebagai orang yang takut kepada Allah” ( Kanz al-Ummal, no. 4143)

Dengan adab-adab di atas, insya Allah setiap kita ber- tadarus Alquran maka akan menghasilkan energi dan semangat baru serta jiwa yang kokoh. Karena kita bukan hanya sekedar membacanya, tetapi juga menyelami kandungan maknanya, sehingga membuat kita mejadi takut saat membaca ayat siksa dan dipenuhi harapan saat menemukan ayat-ayat rahmat. Diceritakan bahwa Khalifah Umar bin Khattab ra pernah membaca Alquran yang berbunyi :

ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﻤُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤﺎﺀُ ﻣَﻮْﺭﺍً ﻭَ ﺗَﺴﻴﺮُ ﺍﻟْﺠِﺒﺎﻝُ ﺳَﻴْﺮﺍً ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻟِﻠْﻤُﻜَﺬِّﺑﻴﻦَ ﺍﻟَّﺬﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻓﻲ ﺧَﻮْﺽٍ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳُﺪَﻋُّﻮﻥَ ﺇِﻟﻰ ﻧﺎﺭِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﻋًّﺎ ﻫﺎﺫِﻩِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺍﻟَّﺘﻲ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺑِﻬﺎ ﺗُﻜَﺬِّﺑُﻮﻥَ

“ Pada hari ketika langit benar-benar berguncang. Dan gunung benar-benar berjalan. Maka kecelakaan besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang bermain-main dengan kebatilan. Pada hari mereka didorong ke neraka jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka) inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” (Q.S. at-Thur : 9-14)

Setelah membaca ayat tersebut, jiwa Khalifah Umar ra terguncang dan dipenuhi dengan ketakutan dan kengerian akan peristiwa kiamat. Dikabarkan beliau jatuh sakit hingga sebulan lebih. Begitulah, beliau membaca Alquran dengan menyelami kandungan maknanya sehingga seolah-olah sedang berbicara langsung dengan Alquran dan menyaksikan setiap peristiwa yang disampaikannya. Apakah kita pernah merasakannya? (hd/liputanislam.com)

Tinggalkan komentar