AKHLAK TERCELA 17| KHIANAT

KHIANAT

Yang dimaksud dengan khianat adalah menyimpang atau mengingkari dari kepercayaan yang diberikan kepadanya. Adapun lawan daripada khianat adalah amanah, dapat dipercaya. yaitu dapat dipercaya terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Amanah merupakan ciri khas yang melekat pada iman, sedangkan khianat adalah tanda-tanda penyelewengan, kemunafikan, kekufuran.

Amanah dalam arti yang sebenarnya adalah sifat seseorang dapat membimbing jiwanya, sehingga ia tidak akan mengubah janjinya, tidak akan mengkhianati janji-janjinya, dan tidak akan mengngkhianati apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Khianat termasuk salah satu sifat tercela dan terkutuk, merupakan tanda-tanda orang munafik serta termasuk perbuatan dosa yang Allah sangat murka kepada orang yang berkhianat. Allah Azza wa Jalla berfrman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS. al-Anfal: 27).

Larangan Berkhianat

Nilai-nilai Islam yang agung nan suci sangat tidak sejalan dengan perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji. Karena kezholiman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, dan khianat adalah tidak memenuhi amanah, dan melanggar janji adalah akhlak yang tercela menurut kesepakatan orang-orang yang berakal.

Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Yang menciptakan seluruh makhluk, telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah berfirman,

ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻧِّﻲْ ﺣَﺮَّﻣْﺖُ ﺍﻟﻈَّﻠْﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻲْ ﻭَﺟَﻌَﻠْﺘُﻪُ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻣُﺤَﺮَّﻣًﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻈَﺎﻟَﻤُﻮْﺍ

“Wahai segenap hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan hal tersebut sebagai perkara yang haram antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi.” (HR. Muslim)

Larangan berkhianat dipertegaskan pula dalam hadis Nabi SAW antara lain disebutkan: ”Janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu (HR.Ahmad,at-Tabarani,Ibnu Hibban, dan al-Bazzar) dan “Tidak sempurna iman orang yang tidak memiliki sikap atau perilaku amanat” (HR.Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban).

Khianat tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didorong beberapa faktor yang mendasarinya antara lain sebagai berikut.

(1) Hasad atau terlalu berambisi (dengki). 

Kedengkian seseorang terhadap orang lain dapat membuatnya berkhianat,sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya dengan kedudukan posisi jabatan yang disandangkan tersebut atau suatu konspirasi jahat sebagaimana hal ini terlihat pada riwayat Nabi Yusof dan saudara-saudaranya.Karena dengki, saudara-saudara Yusof tega mengkhianati ayah mereka yang telah mempercayai mereka untuk membawa Yusof mengembalakan kambing,namun mereka membuangnya ke dalam sumur(QS.12:7-18).

(2) Cinta terhadap dunia.

Orang yang terlalu berambisi terhadap pangkat atau kemashuran atau harta benda duniawi akan memudahkan ia berkhianat kepada sesamanya apatah lagi ia mendapat dukungan para angguk-angguk dan yang dizalimi tadi tidak mendapat sebarang pembelaan sewajarnya.Namun hal ini telah pun diperingkatkan Nabi SAW dalam sabdanya : “Cinta kepada dunia merupakan pangkal segala kesalahan”(HR Ibnu Abi ad-Dunia dan al-Baihaki).

(3) Ambisi terhadap kedudukan atau pangkat 

Umpamanya orang sedemikian akan teramat mudah mengkhianati sesamanya bila dalam hatinya tersimpan ambisi terhadap kedudukan dan pangkat. Dalam hal ini, al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda dan kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran.”

(4). Dendam. 

Orang yang sedang diamuk rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang menjadi sasaran rasa dendamnya. Dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al-Ghazali disebutkan: ”Jauhilah rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang dimaksudkan dengan menghapuskan agama di sini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama yang telah tertanam dalam hati seseorang.

(5) Egois.

Orang yang bersifat egois akan mudah melakukan khianat terhadap orang lain karena baginya kepentingan bersama.Al-Quran mencontohkan tipe orang yang egois pada Iblis. Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang patuh pada-Nya,tetapi kemudian iblis berkhianat kepada perintah Allah SWT (QS.2:34).

Adapun perbuatan khianat, ia adalah hal yang tercela dalam seluruh syari’at. Syari’at kita telah menjelaskan haram berbuat khianat dalam segala perkara, baik itu khianat terhadap sesama muslim ataupun khianat terhadap orang kafir yang terkait mu’amalat dengannya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (QS. Al-Anfâl : 27)

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfâl : 58)

“Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yûsuf : 52)

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj : 38)

Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,

ﺁﻳَﺔُ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻖِ ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺪَّﺙَ ﻛَﺬَﺏَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻭَﻋَﺪَ ﺃَﺧْﻠَﻒَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺍﺋْﺘُﻤِﻦَ ﺧَﺎﻥَ

“Tanda kemunafikan ada tiga; apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia tidak menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari)

Dan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,

“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)

“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)

Ancaman Kezholiman bagi Pelakunya

Dan dalam berbagai nash, diterangkan bahwa perbuatan zholim tidak pernah membawa kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat.

Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam mengingatkan,

“Sesungguhnya Allah memberi tangguhan kepada orang yang zholim, hingga ketika Allah mengazabnya, ia tidak akan melepaskannya lagi. Kemudian beliau membaca firman-Nya “Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”. ” (HR. Bukhari)

Dan beliau juga mengingatkan,

ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻈُّﻠْﻢَ، ﻓَﺈﻥَّ ﺍﻟﻈُّﻠْﻢَ ﻇُﻠُﻤَﺎﺕٌ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ

“Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Bahkan Allah Jalla wa ‘Azza menyatakan dalam berbagai ayat akan bahaya perbuatan zholim,

“Orang-orang yang berbuat zholim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-Baqarah : 270, Âli Imrân : 192, Al-Mâ`idah : 72)

“Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al-An’âm : 6, 135, Yûsuf : 23, Al-Qashash : 37)

“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al-Baqarah : 258, Âli Imrân : 86, At-Taubah : 19, 109, Ash-Shoff : 7, Al-Jumu’ah : 5)

“Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghôfir : 18)

Dan betapa meruginya orang yang berbuat kezholiman pada hari kiamat,

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada (Allah) Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezholiman.” (QS. Thôhâ : 111)

Demikianlah para pembaca sekalian, kami tekankan prinsip haramnya perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji ini, karena prinsip ini termasuk hal yang banyak dilalaikan oleh sebagian orang di masa ini. Hendaknya prinsip Islam yang agung ini senantiasa terpatri dalam sanubari setiap muslim, dan dalam pembahasan-pembahasan yang akan datang, akan nampak jelas besarnya pengaruh prinsip Islam yang mulia ini terhadap hukum-hukum syari’at dalam masalah jihad, dalam masalah berinteraksi terhadap sesama manusia -muslim maupun kafir- dan berbagai masalah lainnya. 
​————

Khianat adalah sifat jelek yang terdapat dalam diri manusia. Khianat artinya bahwa seseorang yang menyeru kepada kebaikan tapi dia sendiri tidak melakukan kebaikan itu sendiri. Itulah salah satu ciri-ciri orang yang khianat. Sedangkan para pelaku khianat adalah pengkhianat. Dan kelak di akhirat para pengkhianat tersebut akan mendapatkan azab yang sangat pedih.

Allah SWT menyukai para hamba-Nya yang selalu memerintahkan pada kebaikan serta mengamalkan kebaikan itu dengan penuh ketakwaan. Sebaliknya, Allah SWT akan murka terhadap orang yang hanya menganjurkan kebaikan kepada orang lain, tetapi justru dirinya sendiri tidak mengamalkan kebaikan seperti yang dikatakannya.

Kelak, orang-orang yang mengkhianati perkataannya sendiri itu akan mendapatkan azab yang sangat pedih di neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Riyadlus Shalihin , buah karya Al Imam Al ‘Alamah Al Muhaddits, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i.

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa siksa Allah SWT akan sangat berat kepada orang-orang yang banyak menganjurkan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, akan tetapi ia sendiri justru lalai untuk mengerjakan kebaikan itu sebagaimana yang dianjurkannya kepada orang lain.

Mereka yang berkhianat atas ucapannya sendiri itu kelak di neraka akan disiksa. Tubuh mereka akan dilempar dengan sangat keras sehingga ususnya keluar dan mereka kekal dengan berputar-putar di nereka.

Astaghfirullah….

Ada sebuah hadits yang menguatkannya. Balasan para pengkhianat ini digambarkan dalam hadits dari Abu Zaid (Usamah) bin Zaid bin Harits ra, berkata,

Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Seseorang dihadapkan di hari kiamat. Kemudian dilemparkan ke dalam neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar di sekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli neraka paanya sambil berkata, ‘Hai Fulan, mengapakah engkau? Tidakkah dahulu menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’

Fulan itu pun menjawab, ‘Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan, dan mencegah mungkar, tetapi saya sendiri kerjakan.” (H.R. Bukhari Muslim).

Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa seluas apapun ilmu seseorang tapi jika itu tidak diamalkan, maka semuanya akan menjadi sia-sia. Malah kelak orang-orang seperti itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Tapak kedua kaki hamba kelak di hari kiamat tidak akan bergeser hingga ia ditanya tentang empat perkara, diantaranya tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan.” (HR. Turmudzi).

Berdasarkan hadits tersebut, jelaslah bahwa ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan Allah SWT melalui Al Qur’an dan Hadits, tujuannya adalah untuk diamalkan, bukan hanya untuk diajarkan. Karena memerintahkan kebaikan namun tidak diimbangi dengan pengamalan dari dirinya hal itu sama saja dengan mendustakan.

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman,

ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻲ ﺗُﺘْﻠَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻓَﻜُﻨْﺘُﻢْ ﺑِﻬَﺎ ﺗُﻜَﺬِّﺑُﻮﻥَ

Artinya:

“Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?” (QS. Al Mu’minuun : 105).

Banyak sekali kandungan ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang kemurkaan Allah SWT pada orang-orang yang hanya bisa berkata dan memerintahkan kebaikan, namun ia sendiri tidak melakukannya. Di antara teguran keras tersebut ada dalam Surat Al Baqarah ayat 44 dan Surat Ash Shaff ayat 2-3.

Allah SWT berfirman,

ﺃَﺗَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺎﻟْﺒِﺮِّ ﻭَﺗَﻨْﺴَﻮْﻥَ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺗَﺘْﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺃَﻓَﻼ ﺗَﻌْﻘِﻠُﻮﻥَ

Artinya:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44).

Allah SWt berfirman,

ﻱَ ﺍ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟِﻢَ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻣَﺎ ﻻ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥَ

ﻛَﺒُﺮَ ﻣَﻘْﺘًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻻ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥَ

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff : 2-3).

Itulah azab yang diberikan Allah SWT terhadap orang-orang yang khianat. Semoga kita dihindarkan dari sifat khianat ini, bisa menasehati kebaikan tapi dia sendiri malah tidak melaksanakannya.

Tinggalkan komentar